Tiba-tiba jadi pengen cerita waktu bulan januari tahun ini saya dan segelintir teman saya yang berhasil mengelabui atasan kami untuk percaya bahwa kami mengambil cuti di awal tahun karena ada urusan di kampung halaman, yang sebenarnya kampung halaman yang dimaksud bisa kita ganti dengan alamat ini: Bali dan Lombok. Kenapa saya pengen cerita ? Sebenarnya bukan urusan kalian, ini urusan saya, tapi saya cuma pengen menyampaikan perihal ketidakberesan yang terjadi di kantor saya. Teman saya, yang kurus kering dan idol wannabe itu, yang punya jatah sisa cuti tahunan sama dengan saya, mengajukan cuti 8 hari untuk lebaran dan diapprove ! Saya, yang (semalam bermimpi) cukup berotot di
bagian perut dan dada ini, mengajukan cuti yang hanya 6 hari untuk lebaran malah ditolak !
Ngga beres ini, saya harus mengajukan banding ! Kalau perlu saya adukan ke KPAI, atau saya ketemu Kak Seto dan meminta beliau untuk mendampingi saya mengajukan banding di MA.
Kembali ke topik kita, pergi tamasya ke pulau Bali dan Lombok (versi anak TK). Banyak kejadian aneh dan firasat buruk yang waktu itu hampir membuat kami mengurungkan niat pergi ke Bali dan Lombok.
*sebelumnya mohon maaf kalau di artikel ini saya berbahasa dengan gaya sinetron, karena sungguh ini bukan kehendak saya, sungguh..."
Salah satu kejadian aneh itu adalah BANGKRUTNYA MANDALA AIR SECARA TIBA-TIBA ! Dahsyat kan, betapa tidak ? Tiket sudah di tangan kami, hanya menghitung hari sampai tanggal keberangkatan dan secara mengejutkan waktu itu di detik.com saya baca bahwasanya Mandala Air mengalami kebangkrutan secara mendadak. Secara mendadak atau sudah direncanakan ? bukan urusan kami, yang pasti KEMBALIKAN UANG KAMI !!!
Anyway, kami berangkat juga dengan maskapai lain yang pastinya harganya sudah jauh lebih mahal. Sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar jam 23.00 WITA, dan langsung kami panggil taksi menuju ke arah Kuta. Kami belum pesan hotel, vila, apartemen, losmen, kos-kosan dan lain sebagainya karena memang penginapan murah tidak selamanya bisa diboking (pelajaran berharga). Kami hanya tau tujuan waktu itu yaitu ke Poppies Lane, karena di sana jiwa dan alokasi biaya kami berada. Maunya di Inna Grand Bali Hotel, tapi segera kami saling menyadarkan diri bahwa ini adalah perjalanan pribadi, pakai uang sendiri, bukan uang kantor atau uang Kak Seto (loh, kok Kak Seto lagi ?)
Kejadian aneh berikutnya, dan yang paling membuat cengok, adalah kami ada di Bali pada musim hujan. Great ! Kami bisa menikmati guyuran hujan di pulau dewata, yang selama ini tidak di idam-idamkan para turis. Hasilnya, dari tiga hari tiga malam di sana kami hanya sempat mampir ke Pantai Kuta (less than 30 minutes), Joger dan tempat belanja lainnya, Dreamland, Sanur, dan selebihnya adalah ATM, Pom Bensin, Warung, Indomaret, that's all. (pathethic)
Puncak kejadian aneh di Bali adalah kenyataan bahwa di samping penginapan kami memang murah, kamar luas, air lancar, terletak di samping hotel bagus yang tiap malam pasti ada party, serta sarapan roti bakar dengan dua pilihan isi : telur/pisang, juga ada kenyataan yang kelam bahwa penginapan kami ini adalah basecamp para pria penjaja pantat, belahan dada, rok mini, sepatu hak tinggi dan belaian mesra alias Waria ! Thanks God, we were safe there !
Hari keempat kita terbang ke Lombok dengan penerbangan paling murah dan berkualitas (rendah), Merpati jam 7 pagi. Kami datang dengan gagah jam 7 teng dan saya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini mendapat sapaan manis dari teteh pegawai merpati, "Mas, lain kali kalau pesawatnya jam 7 datangnya jam 6 ya !", Oke sayangg....
Dan terbanglah kita selama setengah jam ke arah timur, dengan pesawat Merpati pada ketinggian yang sangat tidak tinggi. Baru kali ini saya naik pesawat serasa nonton bioskop 3D, sangat nyata ! sangat terasa ! Dan baru kali ini juga saya naik pesawat yang duduknya boleh dimana saja, asal masih di dalam pesawat !
Sebenarnya, kami harus berterima kasih pada Larry Page dan Sergey Brin atas idenya menciptakan Google. Karena dengan bantuan si Google itu kami tau bagaimana harus kemana dan kapan harus apa. Sama seperti di Lombok, tidak ada satupun di antara kami yang pernah menginjakkan kaki di Lombok. Maka dari itu saya menyiapkan segala sesuatu mulai dari rute, peta, info, dan semuanya yang mengarah ke Gli Trawangan dari Google.
Kami naik taksi, sampai di pelabuhan bangsal lalu naik semacam becak yang ditarik pakai kuda (jangan menyangka dulu ini andong atau delman) sampai kapal. Perjalanan via kapal boat bagaikan wahana kora-kora, bahkan lebih menegangkan karena dimanapun tempat duduknya anda pasti akan merasakan efek bumi gonjang-ganjing ! Dijamin !
Entah memang karena jiwa kami sebagai backpacker atau memang sedang hari peruntungan kami, penginapan di Lombok pun kami dapat di level harga yang sangat minim: 75.000 semalam. Yang punya penginapan orang Jawa Timur, gondrong dan hobi mancing. Penginapan sekilas mirip kos-kosan di daerah Bintaro Jaya, per kamar dengan satu tempat tidur dan satu kamar mandi, di tempat tidur itu dilengkapi dengan kelambu putih besar sehingga mirip kamar untuk pengantin baru. Pelajaran berharga di Gli Trawangan ini adalah: Gunakan HP dan Kameramu dengan bijak, karena listrik di sini terbatas. Di penginapan kami, listrik mati jam 10 malam kecuali ada penghuni yang belum tidur dan masih ngobrol. Tidur dengan cahaya 0 koma sekian persen itu, buat saya, tidak bagus pada kenyataannya. Tidak bagus untuk ketenangan jiwa, karena di pikiran ini selalu terbayang adegan psikopat ala film Hostel.
Penyesalan terbesar selama liburan adalah kenyataan bahwa kami terlalu lama menghabiskan waktu di Pulau Bali, yang notabene dalam kondisi yang sangat tidak well untuk dinikmati. Kami terlalu lama untuk datang ke Gli Trawangan dan menikmati biru laut yang sebenarnya, putih pasir yang sebenarnya, dan paha bule yang sebenar-benarnya. Pantainya benar-benar indah, pemandangannya mantap persis seperti di film a Perfect Getaway nya Mila Jovovich.
Kami juga sempat snorkeling waktu itu, walaupun dirundung malu luar biasa karena terseret ombak ke tengah dan sulit buat kembali ke kapal. Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, semuanya mantap. Bulenya juga mantap. Kak Seto juga mantap !
Menghindari kejadian memalukan dengan teteh pegawai Merpati di Bali, kami memutuskan untuk menginap di Mataram karena esok paginya penerbangan kami jam 6 pagi. Hotel di Mataram jauh lebih mahal daripada di Bali, Hotel kecil saja tarifnya sekitar 400-500 ribu. Tapi berhubung kami eksekutif muda ya kami bayar saja tagihan hotel itu, daripada kepulangan kami ke Jakarta tertunda seumur hidup. Esoknya, pesawat Lion Air jurusan Bandara Soetta menjemput kami di Bandara.
bagian perut dan dada ini, mengajukan cuti yang hanya 6 hari untuk lebaran malah ditolak !
Ngga beres ini, saya harus mengajukan banding ! Kalau perlu saya adukan ke KPAI, atau saya ketemu Kak Seto dan meminta beliau untuk mendampingi saya mengajukan banding di MA.
Kembali ke topik kita, pergi tamasya ke pulau Bali dan Lombok (versi anak TK). Banyak kejadian aneh dan firasat buruk yang waktu itu hampir membuat kami mengurungkan niat pergi ke Bali dan Lombok.
*sebelumnya mohon maaf kalau di artikel ini saya berbahasa dengan gaya sinetron, karena sungguh ini bukan kehendak saya, sungguh..."
Salah satu kejadian aneh itu adalah BANGKRUTNYA MANDALA AIR SECARA TIBA-TIBA ! Dahsyat kan, betapa tidak ? Tiket sudah di tangan kami, hanya menghitung hari sampai tanggal keberangkatan dan secara mengejutkan waktu itu di detik.com saya baca bahwasanya Mandala Air mengalami kebangkrutan secara mendadak. Secara mendadak atau sudah direncanakan ? bukan urusan kami, yang pasti KEMBALIKAN UANG KAMI !!!
Anyway, kami berangkat juga dengan maskapai lain yang pastinya harganya sudah jauh lebih mahal. Sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar jam 23.00 WITA, dan langsung kami panggil taksi menuju ke arah Kuta. Kami belum pesan hotel, vila, apartemen, losmen, kos-kosan dan lain sebagainya karena memang penginapan murah tidak selamanya bisa diboking (pelajaran berharga). Kami hanya tau tujuan waktu itu yaitu ke Poppies Lane, karena di sana jiwa dan alokasi biaya kami berada. Maunya di Inna Grand Bali Hotel, tapi segera kami saling menyadarkan diri bahwa ini adalah perjalanan pribadi, pakai uang sendiri, bukan uang kantor atau uang Kak Seto (loh, kok Kak Seto lagi ?)
Kejadian aneh berikutnya, dan yang paling membuat cengok, adalah kami ada di Bali pada musim hujan. Great ! Kami bisa menikmati guyuran hujan di pulau dewata, yang selama ini tidak di idam-idamkan para turis. Hasilnya, dari tiga hari tiga malam di sana kami hanya sempat mampir ke Pantai Kuta (less than 30 minutes), Joger dan tempat belanja lainnya, Dreamland, Sanur, dan selebihnya adalah ATM, Pom Bensin, Warung, Indomaret, that's all. (pathethic)
Puncak kejadian aneh di Bali adalah kenyataan bahwa di samping penginapan kami memang murah, kamar luas, air lancar, terletak di samping hotel bagus yang tiap malam pasti ada party, serta sarapan roti bakar dengan dua pilihan isi : telur/pisang, juga ada kenyataan yang kelam bahwa penginapan kami ini adalah basecamp para pria penjaja pantat, belahan dada, rok mini, sepatu hak tinggi dan belaian mesra alias Waria ! Thanks God, we were safe there !
Hari keempat kita terbang ke Lombok dengan penerbangan paling murah dan berkualitas (rendah), Merpati jam 7 pagi. Kami datang dengan gagah jam 7 teng dan saya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas semua ini mendapat sapaan manis dari teteh pegawai merpati, "Mas, lain kali kalau pesawatnya jam 7 datangnya jam 6 ya !", Oke sayangg....
Dan terbanglah kita selama setengah jam ke arah timur, dengan pesawat Merpati pada ketinggian yang sangat tidak tinggi. Baru kali ini saya naik pesawat serasa nonton bioskop 3D, sangat nyata ! sangat terasa ! Dan baru kali ini juga saya naik pesawat yang duduknya boleh dimana saja, asal masih di dalam pesawat !
Sebenarnya, kami harus berterima kasih pada Larry Page dan Sergey Brin atas idenya menciptakan Google. Karena dengan bantuan si Google itu kami tau bagaimana harus kemana dan kapan harus apa. Sama seperti di Lombok, tidak ada satupun di antara kami yang pernah menginjakkan kaki di Lombok. Maka dari itu saya menyiapkan segala sesuatu mulai dari rute, peta, info, dan semuanya yang mengarah ke Gli Trawangan dari Google.
Kami naik taksi, sampai di pelabuhan bangsal lalu naik semacam becak yang ditarik pakai kuda (jangan menyangka dulu ini andong atau delman) sampai kapal. Perjalanan via kapal boat bagaikan wahana kora-kora, bahkan lebih menegangkan karena dimanapun tempat duduknya anda pasti akan merasakan efek bumi gonjang-ganjing ! Dijamin !
Entah memang karena jiwa kami sebagai backpacker atau memang sedang hari peruntungan kami, penginapan di Lombok pun kami dapat di level harga yang sangat minim: 75.000 semalam. Yang punya penginapan orang Jawa Timur, gondrong dan hobi mancing. Penginapan sekilas mirip kos-kosan di daerah Bintaro Jaya, per kamar dengan satu tempat tidur dan satu kamar mandi, di tempat tidur itu dilengkapi dengan kelambu putih besar sehingga mirip kamar untuk pengantin baru. Pelajaran berharga di Gli Trawangan ini adalah: Gunakan HP dan Kameramu dengan bijak, karena listrik di sini terbatas. Di penginapan kami, listrik mati jam 10 malam kecuali ada penghuni yang belum tidur dan masih ngobrol. Tidur dengan cahaya 0 koma sekian persen itu, buat saya, tidak bagus pada kenyataannya. Tidak bagus untuk ketenangan jiwa, karena di pikiran ini selalu terbayang adegan psikopat ala film Hostel.
Penyesalan terbesar selama liburan adalah kenyataan bahwa kami terlalu lama menghabiskan waktu di Pulau Bali, yang notabene dalam kondisi yang sangat tidak well untuk dinikmati. Kami terlalu lama untuk datang ke Gli Trawangan dan menikmati biru laut yang sebenarnya, putih pasir yang sebenarnya, dan paha bule yang sebenar-benarnya. Pantainya benar-benar indah, pemandangannya mantap persis seperti di film a Perfect Getaway nya Mila Jovovich.
Kami juga sempat snorkeling waktu itu, walaupun dirundung malu luar biasa karena terseret ombak ke tengah dan sulit buat kembali ke kapal. Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, semuanya mantap. Bulenya juga mantap. Kak Seto juga mantap !
Menghindari kejadian memalukan dengan teteh pegawai Merpati di Bali, kami memutuskan untuk menginap di Mataram karena esok paginya penerbangan kami jam 6 pagi. Hotel di Mataram jauh lebih mahal daripada di Bali, Hotel kecil saja tarifnya sekitar 400-500 ribu. Tapi berhubung kami eksekutif muda ya kami bayar saja tagihan hotel itu, daripada kepulangan kami ke Jakarta tertunda seumur hidup. Esoknya, pesawat Lion Air jurusan Bandara Soetta menjemput kami di Bandara.
See You Lombok (and Bali), you're Sexy ! hope will be there again.
Happy Vasting Everyone !
K-Link Tower,
with ikan koi dan sekretaris judes
K-Link Tower,
with ikan koi dan sekretaris judes
nguknguks
kok yang nulis macam orang seteres???,hidup kak Seto!!!
ReplyDelete