Tuesday, May 21, 2013

Pulau Weh, The Wow In The West


Berdasarkan buku geografi jaman SMP dulu, dan doktrin dari lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”, saya dan mungkin mayoritas penduduk NKRI berkeyakinan bahwa pulau terluar NKRI paling barat adalah Pulau Weh, dengan ibukotanya di Sabang.

Tapi ternyata itu salah, doktrin itu salah, ternyata ini pembohongan publik, bentuk konspirasi Negara untuk mengelabui rakyatnya sendiri. #emh

Secara geografis, Pulau Weh hanya mempunyai koordinat 95.25 BT, di posisi dua ada pulau Breueh yang kalau di peta terletak di serong bawah Pulau Weh dengan koordinat 95 BT. Dan pulau terluar paling barat Negara ini ternyata adalah Pulau Benggala, jauh dengan koordinat 94.5821 BT dan langsung berbatasan dengan India.

Ada yang tertarik ke Pulau Benggala ? Jadi orang pertama yang membangun tugu 0 km yang baru ? Silakan, tapi di sana yang ada cuma batu-batu yang dikelilingi lautan, dengan sedikit hutan hujan di tengahnya, dan nggak ada penduduk sama sekali. Castaway banget sob !


Sesungguhnya doktrin “Dari Sabang Sampai Merauke” itu nggak sepenuhnya salah, at least buat saya pribadi. Jujur salah satu impian saya yang belum kesampaian adalah menginjakkan kaki di Sabang, Merauke, dan hamparan wonderland yang ada di antaranya. Tapi paling nggak, impian saya udah terpenuhi salah satunya, saya udah sampai di Sabang awal Maret tahun ini.

Bersama (berdua) dengan super travel buddy (yang pernah saya bahas satu post sendiri sebelum ini) (baca: Nabila) menuju Sabang dengan singgah dulu di Medan dan pastinya Banda Aceh. Travel itinery sudah dibuat, penginapan sudah dibooking, dive trip sudah dipesan, nah berangkatlah kami subuh-subuh dari Soekarno Hatta menuju Medan.

Travel Itin Sabang
Di Medan karena waktu mepet jadi nggak sempat berlama-lama, cukup sarapan dan lanjut lagi penerbangan ke Banda Aceh. Di Banda Aceh, kami sempatkan city tour dulu sebelum lanjut ke Pelabuhan Ulee Lhuee. Dengan modal 200 ribu, 1 kijang kapsul  dengan driver merangkap guide mengantarkan kami ke Mie Aceh Simpang Lima, Museum Tsunami, Kapal Apung, dan beberapa destinasi sebelum berangkat menuju Sabang dengan kapal cepat yang jadwal keberangkatannya cuma sehari sekali.

Sampai di Pelabuhan Balohan, Sabang sekitar siang menuju sore, langsung menuju Pantai Iboih bersama segerombolan bule desak-desakan di mobil Mitsubishi Colt bapuk. Biarpun bapuk tapi mobil ini sukses melahap tipikal jalanan di Sabang yang turun naik belok-belok. Dan biarpun jalanan bikin muntah darah, pemandangan kiri kanan bikin darah adem lagi.

Saya dan Nabila turun di Pantai Iboih, lalu barengan sama pasangan bule Prancis, dan rombongan dari Jakarta yang (ternyata) nantinya ditakdirkan untuk “buddies”-an dengan kami, menuju Iboih Inn dengan perahu jemputan mereka sendiri. Kami sudah booking kamar untuk 2 malam, kamar yang paling murah, yang paling affordable dan yang paling ngga sesuai ekspektasi. Karena ekspektasi kami adalah nginap di kamar yang kalau kepeleset udah kecebur langsung ke laut (baca: pinggir pantai persis), tapi kamar yang kami dapat yang jauh di atas bukit dengan view pantai Iboih yang kehalang pepohonan.

View dari Iboih Inn
Malam pertama agak mendung, cuma dapat dinner di dermaganya Iboih Inn dengan pasangan bule Prancis yang tadi, ngga lama kemudian hujan turun. Ya sudah, kalo begini alamat tidur malam ceritanya.

Dermaga Iboih Inn
Besok paginya, breakfast yang lumayan berasa aneh di Iboih Inn kemudian kenalan sama rombongan dari Jakarta yang pas berangkat sempat satu perahu.  Here they are:

@maria_gabriella | Ella
@joyce_r12 | Joyce
@syarif_FS | Mas Syarif
@rizkasam | Mba Rizka

Sehubungan dengan jadwal saya dan Nabila yang mau diving, dan mereka berempat mau snorkeling, jadinya kami berangkat bareng ke Dive Operator yang udah kami pesan sebelumnya, Rubiah Divers. Setelah nego-nego dengan Bang Iskandar (owner-nya Rubiah Divers yang ironisnya ngga bisa diving), dan atur-atur jadwal diving sama snorkeling yang ternyata ngga bisa digabungin jadi satu trip, maka kami misah.

Rombongan Ella berangkat snorkeling duluan, saya dan Nabila berangkat diving setelahnya. Dapet Dive Master (DM) bule Prancis buncit koplak yang saya lupa namanya, kami berangkat ke dive site “Rubiah Sea Garden” yang terletak di balik Pulau Rubiah. Diving singkat, cuma dapet stingray fish, beberapa anemone fish, dan beberapa coral yang biasa aja, cukup untuk hari ini.


Malam harinya kami minus Mas Syarif dan Mba Rizka yang mau hanimunan, main ke Kota Sabang, which is benar-benar ibu kotanya Pulau Weh. Sempat mampir ke toko oleh-oleh Mr. Piyoh lalu makan malam di Taman Wisata Kuliner Kota Sabang tapi nggak sempat nyobain Sate Guritanya yang katanya nendang.

Jangan heran kalau main di Sabang akan menemukan banyak mobil mewah. FYI, Sabang adalah salah satu FTZ (Free Trade Zone) di Indonesia, sama kaya Batam dan sebagian pulau Bintan. Mobil mewah baik baru ataupun second dari luar negeri (kebanyakan Singapore) nggak akan kena Bea Masuk dan PPN Impor kalau masuk ke FTZ. Mobil mewah yang bebas BM dan PPN itu biasanya berkeliaran dengan plat nomor berakhiran “Z”.

Hari berikutnya saatnya kami pulang. Masih sempat snorkeling di dekat pulau Rubiah bareng Ella dan Joyce, lalu masih minus Mas Syarif dan Mba Rizka lanjut ke Tugu 0 km sebelum pamitan sama mereka dan bertolak ke Pelabuhan Balohan lagi.

Tugu 0 km ini semacam nggak terawat, biasalah tipikal aset Negara yang terabaikan padahal udah populer seantero Indonesia. View samudera hindia-nya luar biasa, karena tugu ini berada di paling ujung Pulau Weh.

Tugu 0 km

View Samudera Hindia
Perjalanan pulang dengan rute yang sama dengan perjalanan pergi, tapi kali ini sempat mampir di Medan untuk beberapa jam dan menuju destinasi Istana Maimun. Karena udah miskin jadi kami cari gratisan transport, untunglah masih ada kawan kuliah dulu yang sekarang kerja di Medan. Nebenglah kami.

Pulang ke Jakarta rasanya baru sebentar banget di Pulau Weh, dan memang nyatanya cuma sebentar. 3 hari 2 malam ngga bakal cukup untuk explore keindahan-keindahan Pulau Weh. Kami belum sempat ke Pantai Gapang, Pantai Sumur Tiga, danau yang di tengah pulau, air terjun, dan sate gurita tentunya.

Nah sedikit rekomendasi kalau di Pulau Weh, menuju kesana memang butuh perjuangan tapi ngga seberat kalau kita ke Indonesia Timur, paling nggak jadwal transportasinya udah pasti ada meski terbatas. Lebih baik kalau dari Jakarta langsung penerbangan ke Banda Aceh karena itu akan menambah banyak waktu di Pulau Weh, kecuali kamu pengen mampir-mampir ke Medan atau kecuali kamu dapet voucher Mandala Air :p

Di Pulau Weh ajaibnya air di daratan udah air tawar, ngga ada asin-asinnya.

Kalau nginap di Iboih Inn, reservasi dulu jauh-jauh hari sebelumnya dan via Email ! ingat, via Email. Mereka ngga mau menerima reservasi via telepon.

Lagi, kalau nginap di Iboih Inn siapkan lotion anti nyamuknya. Di tengah hutan cuy, tapi jangan tanya pemandangannya, nyebur langsung bisa snorkeling.

Bagi diver, ada dua dive operator di Sabang. Rubiah Divers di Pantai Iboih dan Lumba-lumba di Pantai Gapang. Rubiah Divers punya orang lokal jadi lebih bersahabat buat turis lokal. Lumba-lumba punya bule dan ada resort yang dikhususkan buat divers mereka, kayanya ga bisa dinego !

Rubiah Divers
Kendala utama yang bikin miskin di Sabang adalah transportasi. Kalau cuma berdua aja, mending sewa motor. Kalau rame-rame banget mending nyewa mobil colt bapuk. Kalau nanggung, ya tetep nyewa mobil aja masa mau jalan kaki ?

That’s all.



No comments:

Post a Comment

say whatever..