Tuesday, April 23, 2013

(Not Just) a Travel Buddy

Travelmate (bukan salah satu seri notebook Acer) atau Travel Buddies adalah salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kepuasan travelling anda, jika dan hanya jika anda tidak melakukan solo travelling. Solo travelling pun sebenarnya nggak menutup kemungkinan untuk mendapatkan travel buddies di tengah perjalanan, bahkan tantangan yang lebih besar kalau mencari/menemukan buddies yang benar-benar asing, masalahnya kita belum tahu karakter manusia asing itu.

Travel buddies bisa berarti berkah dan juga sebaliknya, musibah. Travel buddies bisa merubah perjalanan anda yang seharusnya menyenangkan menjadi berantakan atau mungkin akan jadi jauh lebih menyenangkan.

Kalau karakter kita cocok, perilaku dan habit nya bisa kita terima, asik diajak ngapa-ngapain, easy going, dan nggak pelit maka saran saya langsung minta contact nya buat diajakin lagi nge-trip kapan-kapan. Tapi kalau ternyata sebaliknya, ya mending kita balik badan, ambil carrier, ucapkan salam perpisahan dan pulang ke rumah, anggap aja nggak pernah nemu travel buddies seperti itu.

Menurut saya, tipe travel buddies bisa diliat dari berbagai kriteria.

Misal dari gaya travellingnya, ada buddies yang mau sengsara demi mencapai destinasi (biasanya ketemu buddies seperti ini di gunung), ada juga buddies yang agak manja. Dari cara menjaga privasinya, ada buddies yang “sok atuh kalau mau liat ya liat aja”, ada juga yang cuma ngambil duit di dompet aja pakai balik badan dulu.

Yang paling terasa bedanya menurut saya ya dari segi usia. Buddies yang senior (baca: sepuh) agak kurang bisa diajak enerjik (kecuali belanja), ini sering saya alami kalau sedang tugas kantor ke luar kota dan senior mau piknik tapi nggak mau susah. Kalau buddies yang seumuran ya kebanyakan mau diajak ngesot, koprol pun juga mau mungkin.

Ada lagi dari segi jumlah, ada buddies sepi dan rame-rame. Dulu saya lebih cenderung pergi rame-rame dengan temen, ikut macam-macam komunitas dan menasbihkan diri sebagai anak (yang ber)gaul. Sekarang, saya lebih milih untuk travelling dengan beberapa orang aja. Selain lebih mudah koordinasi, asal budget nggak kemahalan buat patungan dengan porsi dibagi ber-sekian, masih jauh lebih enak travelling dengan 1-2 orang aja. Urusan nemu travel buddies di jalan itu lain lagi.

Kecuali untuk naik gunung, akhir-akhir ini malah saya prefer untuk travelling berdua dari Jakarta. Berdua dengan siapa ? Dengan travel buddy yang kalau saya ceritakan bagaimana ketemuannya perlu 1 postingan lagi di blog ini, maybe later.

She’s a girl from the most exotic place in Jawa Barat, Bandung.

Aktivis travelling, kolektor pasir pantai, one of the most toughest woman I’ve ever met, kadang menjadi seorang yang serius dan bahkan kadang sangat serius menanggapi sesuatu, penggiat alam, nice pics hunter, masih dalam tahap pengambilan lisensi scuba diver, best life talk partner, rambut tipis dan manis, hard to make her laugh, good financial organizer in a trip, percaya alien itu ada, dan agak labil J

Memang baru 1 kali trip yang kami jalani berdua, dan mungkin memang nggak ada yang sangat spesial dengan trip itu. Tapi karakter sebagai buddy yang sempurna ada di dirinya hampir seluruhnya. Kami travelling ke Sabang di awal bulan Maret kemarin. Kami travelling dengan sponsor voucher Mandala Air yang telah di-endorse oleh Tiger Airways hasil dari kompensasi pailitnya Mandala Air tahun lalu.

Dari Jakarta ke Medan, dari Medan ke Banda Aceh, lalu Sabang dan kembali lagi ke Banda Aceh dan Medan, lanjut lagi Jakarta, siapa mau menyangkal kalau itu bukan perjalanan panjang yang mengesankan ?

Having a “flashlight” dinner on the deck of iboih inn, under hundreds of star and suddenly  a little rain messed everything, hahaha. Ini satu momen romantis buat pasangan bule Prancis di samping kami, tapi ini momen biasa saja bagi sepasang travel buddies yang (kebetulan) sama-sama menjodohkan buih lautan dan bintang-bintang menjadi pasangan serasi untuk dinikmati.

Traveling is a brutality. It forces you to trust strangers and to lose sight of all that familiar comfort of home and friends. You are constantly off balance. Nothing is yours except the essential things – air, sleep, dreams, the sea, the sky – all things tending towards the eternal or what we imagine of it.” - Cesare Pavese


Yap. Frase brutalitas di atas memang bukan sekedar ungkapan, memang ada benarnya. Bagaimana cara kita menemukan orang asing yang tepat di jalan, bagaimana kita bersahabat dengan keberuntungan, bagaimana kita harus menerima kenyataan bahwa Tuhan menciptakan segalanya untuk dipunyai setiap orang, bukan untuk eksklusivitas masing-masing.

Bukan kebetulan jika saya menemukan travel buddy yang perfetto, bukan kebetulan jika kami sama-sama terobsesi dengan coral, Raja Ampat, dan BCD Mares,  bukan kebetulan juga jika kami masih mau merencanakan trip bersama lagi ke Wakatobi.

Dan sangat bukan kebetulan, jika saya mulai memikirkan hal lain selain “travel buddies”…

And if you hear me talking on the wind
You've got to understand
We must remain
Perfect Strangers

Perfect Strangers – Deep Purple


No comments:

Post a Comment

say whatever..